Kami terima, kasih diterima Kupuji pagi buta melihat kubuka mata Setiap hari kujumpa tapi tak bertukar nama, aku masih sama lelaki di depan kaca, bicara tak bersuara berirama tanpa nada. Lama kusimpan kalam dijalan simpang Cita terbuang kuabaikan hampir jalang kini kujemput diam kuparut rumput tunasnya Ditutupi kabut dasarnya hampir berlumut jari jemari tak mahir berbasa-basi Biar jimat purgatori berjalan mencari Intisari saripati daripada mati suri Mata terbuka di wajahku tiada apa-apa cermin berdoa berduka dan tiga batang dupa, telinga berkata hidung kenapa kau dimuka, tak bisaku hindari debar jantung si mata di hadapan manusia hingga layani tetes sedu asmara kau pasti tau rasa ditakdir berpasang tapi tak pernah jumpa. Kurasa memang lihai perasaan mencari ngarai ditengah silang bertikai ia pilih dipasung rantai, keluar imajinasi tanpa tau orientasi diapung udara berpapasan dengan ekor kaji, coba di kail joran singkat setapa pun tak sampai bulan tinggi umpan habis tiada satupun tergapai, coba ditimbang lalu dikali asa lebih kurang, Masi digaji maka banyak penjajah menyebrang, yang di nanti kita lupa karna uang, dilipat tiga kelipatan lima dalam laci dibuang, diberi bintang tinta emas tandai materai bank, bunga plastik kembang berapi gemerlap mereka tarik urat belakang, apaguna taraf jika tak mampu baca syarat apaguna saraf jika alpa dengan isyarat. Gerombolan dulu menyapa ramah anak baru yang sendiri sepokok bambu dibisiki angin tergelincir akar benalu, bicara dalam hati berdebat tiap hari Kalah retorika salah arti lari keluar sanubari mengadu pada kertas pada pena dan pengeras suara kurang lugas karena sakit di pangkreas, sudah lama kubilang jangan usik suga empedu, kalian semua satu dalam lengkung tulang rusukku sama gelisah ketika buntu segores sengilu, searah tuju dengan visi misi hingga kuku suatu saat dapat tumbuh lebih dari satu lagu tapi tetap satu laku mereka tangan cepat tangkap aku pelaku kusilang kebelakang berdiri menunggu, masuk dalam barisan kasi sign satu satu.